8/20/2009

Rekening teroris terlacak Polisi

Jakarta, (Espos) Sumber dana para teroris masih dilacak. Setiap hari, jumlah rekening yang dicurigai bertambah. Sementara, Mabes Polri kemarin merilis data empat buronan yang diduga terkait kasus pengeboman.

Penelusuran untuk melacak rekening para teroris yang melancarkan aksinya di berbagai daerah di Tanah Air, hingga kini belum mendekati titik terang lantaran jumlah rekening yang dicurigai terus bertambah. Bahkan, kini jumlahnya disebut-sebut sudah mencapai 80 rekening. ”Dari 68 sebelumnya, kini sudah ada 80 rekening,” kata Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Husein, di Jakarta, Rabu (19/8).
Berdasarkan hasil identifikasi, tidak ada transaksi mencolok dengan nilai uang yang besar. Rata-rata aliran uang hanya berkisar di bawah Rp 5 juta. Yunus mengaku setiap hari menerima sekitar 65 laporan dari penyedia jasa keuangan. Namun, tidak seluruhnya dicurigai berhubungan dengan transaksi terorisme. ”Yang berhubungan baru segitu (80), tapi kemungkinan terus bertambah...”



Dalam kasus bom Bali I, Bali II hingga peledakan di Kedubes Australia, PPATK menerima laporan aliran dana yang dikirim lewat kurir. Sebagian dana diduga berasal dari luar negeri dan masuk lewat jalur gelap. ”Kami pun selalu mendapat laporan dari pihak kepabeanan,” pungkas Yunus.
Kesulitan juga dirasakan petugas kepolisian, yang hingga kemarin belum bisa memastikan apakah dana kelompok teroris untuk melancarkan aksinya di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton 17 Juli 2009 lalu berasal dari luar negeri atau bukan.
”Itu (asal dana-red) yang belum bisa dibuktikan pihak kepolisian,” kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Nanan Soekarna, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.
Kakak beradik
Pada Rabu kemarin, Mabes Polri merilis identitas empat buronan yang diduga terlibat dalam kasus peledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton yang menyebabkan sembilan orang tewas dan melukai 53 orang lainnya.
Nanan Soekarna meminta warga yang memiliki informasi soal empat buronan tersebut dapat menghubungi Polri atau kantor polisi terdekat.
Para buronan itu Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Udin alias Soleh, Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam usamudin, Bagus Budi Pranoto alias Urwah dan Mohamad Syahrir.
Yang menarik, dua dari empat tersangka teroris ternyata punya hubungan darah. Ustad Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad dan Mohamad Syahrir ternyata kakak beradik. Keduanya anak Jaelani Irsyad. Masa kecil mereka dihabiskan di Jl Giring-giring II/104, RT 09/10, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
Syahrir anak ketiga Djaelani Irsyad, sedangkan Syaifudin anak kelima. Mereka punya hubungan darah dengan Sucihani, istri Ibrohim, pria yang tewas dalam penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah. Sucihani anak keenam dari Djaelani Irsyad.
Syaifudin diduga berperan sebagai perekrut ”pengantin” atau orang yang bersedia melakukan bom bunuh diri. Sedangkan peran Syahrir hingga kini belum jelas.
Polisi terganggu
Kemarin, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna akhirnya mengakui telah menangkap Iwan dan Ali Muhammad alias Abah Ali terkait dengan terorisme. Keduanya dibekuk di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
”Ali dan Iwan masih dalam pemeriksaan,” ujar Nanan. Dia mengatakan Ali dan Iwan diciduk 17 Agustus. Tapi berdasarkan penelusuran, Densus 88 menangkap Iwan pada Sabtu (15/8) pagi, sedangkan Ali ditangkap bersama penerjemahnya di Nagrek, Selasa (18/8).
Menurut Nanan, sebenarnya Ali dan Iwan masih dalam pembututan polisi. ”Tim di lapangan sangat terganggu dengan info keterlibatan Ali dan Iwan. Tapi karena sudah terlanjur diekspos, tim terpaksa harus menangkap...”
Polisi juga tidak lantas percaya Ali Muhammad alias Abah Ali warga negara Arab Saudi, seperti pengakuannya. ”Harus dibuktikan apa warga negara palsu atau tidak,” tegas Nanan.
Departemen Luar Negeri (Deplu) di sisi lain mengaku belum mendapat surat pemberitahuan perihal penangkapan dan penahanan Ali. Pemberitahuan itu penting untuk disampaikan kepada Deplu Arab Saudi. ”Sejauh pantauan kami belum ada surat pemberitahuan untuk diteruskan ke pemerintah Saudi Arabia,” tegas juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah, Rabu.
Pemerintah Arab Saudi sendiri hingga kini belum mereaksi penangkapan warganya. ”Saya belum tahu apa reaksi pemerintah Arab Saudi, akan saya cek nanti,” ujar Faizasyah.
Terlepas dari misteri seputar jati diri Ali, ada fakta baru yang menarik mengenai pengeboman Hotel JW Marriott. Berdasarkan penelusuran, ada dugaan tersangka teroris yang menginap di kamar 1808 melakukan kontak telepon internal dengan tamu di kamar 1621.
Usut punya usut, kamar itu ditempati dua warga negara asing. Komunikasi internal terjadi pada 16 Juli 2009, atau sehari sebelum bom meledak di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton. Kontak telepon internal itu dilakukan sangat intens. ”Komunikasi dilakukan melalui intercom (jaringan kabel antarkamar di internal hotel),” jelas seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.
Disebut-sebut, kamar 1621, sesuai data resepsionis hotel, saat itu ditempati dua warga negara asing berinisial HF dan MF. ”Keduanya diduga berasal dari Yaman,” imbuh sumber.
Tapi, polisi belum mau berkomentar. Polisi menegaskan jika ada informasi seperti itu, hendaknya dipastikan dulu kebenarannya. ”Itu info yang harus ditelusuri dengan baik sebelum rekan-rekan mengekspose,” kata Irjen Pol Nanan Soekarna.
Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad, buronan dalam kasus bom Ritz-Carlton dan JW Marriott, disebut-sebut sebagai ustad lulusan sebuah perguruan tinggi di Yaman. Namun saat menikahi istrinya, Kholifah Sari, dia mengaku kuliah di Al Azhar, Kairo, Mesir.
”Saat menikahi Kholifah, dia (Syaifudin) mengaku kuliah di Al Azhar,” ujar guru mengaji Kholifah, Abdul Jalil, yang ditemui di rumahnya di Kelurahan Perbutulan, Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu.
Abdul Jalil juga yang menikahkan pasangan tersebut. Jalil mengaku tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan pada diri Syaifudin. Semua sikap Syaifudin dinilainya wajar-wajar saja.

4 Teroris buronan Polri:

* Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Udin alias Soleh.
Tempat/Tanggal lahir belum diketahui.
Alamat terakhir di Perum Telaga Kahuripan, Parung, Bogor, Jawa Barat.
Ciri fisik: Laki-laki, suku Jawa, bentuk kepala bulat, warna mata hitam, bentuk alis sedang, bibir tebal.

* Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Usamudin.
Tempat/Tanggal lahir ada dua, Tegal 22 Januari 1973 dan Kendal 20 Maret 1973.
Pernah tinggal di Kampung Pisangan RT 10/RW 05, Cakung, Jakarta Timur dan Gamping RT 08/RT 02, Desa Sidokumpul Kecamatan Patean, Kendal, Jawa Tengah.
Ciri-ciri fisik: Laki-laki, suku Jawa, tinggi 165 cm, bentuk kepala oval, warna mata hitam, alis tebal, bibir tebal, memakai kacamata.

* Bagus Budi Pranoto alias Urwah.
Tempat/Tanggal lahir: Kudus, 2 November 1978.
Alamat terakhir di Desa Klisar Mijen RT 08/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Ciri-ciri fisik: Lali-laki, suku Jawa, tinggi badan 160 cm, bentuk kepala oval, warna mata hitam, alis tebal dan bibir tebal, punya tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri, punya noktah di pelipis sebelah kiri.

* Mohamad Syahrir.
Tempat/Tanggal lahir: Jakarta, 25 Juni 1968.
Alamat terakhir di Kompleks Garuda Blok C1 No 6A, RT 06/RW 16, Kampung Melayu, Teluk Naga, Tangerang, Banten dan Jl Giring-giring II No 104, RT 09/RW 10, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
Ciri-ciri fisik: Laki-laki, suku Sunda, tinggi badan 165 cm, bentuk kepala bulat, warna mata hitam, alis tipis dan bibir tipis.
Punya paspor bernomor A 167383 (masih berlaku).

Warga yang punya informasi soal buronan di atas bisa menghubungi Bareskrim Polri di 021 7218029, 021 7218309, 081383950059, 0813827398774, atau Humas Polri di 021 7218421, 081385099108. - Oleh : dtc/Ant


Sumber....

Comments :

0 komentar to “Rekening teroris terlacak Polisi”

Posting Komentar

Blog My Friends

 

Indonesia Flag Orb
 

Copyright © 2009 by Gudang Informasi